Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Haul Gus Dur Ke-15: “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah” di Klenteng Tjoe Tik Kiong Pasuruan

 



Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kembali digelar dengan penuh khidmat dan semangat kebhinekaan. Tahun ini, peringatan tokoh pluralisme tersebut dilaksanakan di Klenteng Tjoe Tik Kiong, Pasuruan, pada Selasa (17/12). Mengusung tema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah,” acara tersebut menghadirkan berbagai tokoh lintas agama, budaya, dan komunitas.

Klenteng Tjoe Tik Kiong, yang merupakan salah satu simbol harmoni antar komunitas di Pasuruan, menjadi lokasi yang tepat untuk mengingat perjuangan Gus Dur dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan. Puluhan orang dari berbagai latar belakang hadir untuk mengenang jasa dan ajaran Gus Dur yang terus relevan hingga saat ini.

Direktur Gus Dur Corner Universitas Yudharta Pasuruan, Ahmad Marzuki, yang turut hadir saat acara menjelaskan bahwa tema tahun ini dipilih untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menajamkan kepekaan sosial dan memperjuangkan hak-hak kaum marginal.

“Gus Dur adalah inspirasi bagi kita semua. Beliau mengajarkan bagaimana memadukan keberanian moral dengan tindakan nyata untuk membela mereka yang lemah dan terpinggirkan,” ujar Marzuki yang juga menjabat sebagai Ketua Program Pascasarjana ini.

Banyak rangkain acara kali ini diantaranya lomba mewarnai Gus Dur, konseling gratis, pembacaan tahlil dan tentunya doa lintas agama, dimana para pemuka agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu bersama-sama memanjatkan harapan untuk kedamaian dan persatuan bangsa. Tidak hanya itu, berbagai seni budaya, seperti pertunjukan barongsai, sholawat Ishari dan pembacaan puisi, turut meramaikan suasana haul ini.

Koordinator Gusdurian Pasuruan, Makhfud Syawaludin, menyampaikan pesan mendalam saat sambutan tentang pentingnya melanjutkan perjuangan Gus Dur.

“Haul ini bukan sekadar mengenang Gus Dur, tetapi menjadi pengingat untuk melanjutkan nilai-nilai yang beliau tanamkan: keadilan, keberanian, dan cinta kasih,” ungkapnya.

Pesan serupa juga disampaikan oleh tokoh lintas agama yang hadir. Mereka menegaskan bahwa Gus Dur adalah figur yang melampaui sekat agama dan budaya, menjadi teladan dalam mewujudkan persaudaraan sejati.

Haul Gus Dur ke-15 di Gedung pertemuan Klenteng Tjoe Tik Kiong Pasuruan ini menjadi momentum untuk merefleksikan peran masyarakat dalam menciptakan Indonesia yang lebih inklusif. Melalui tema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah,” semangat Gus Dur diharapkan terus hidup di tengah keberagaman bangsa.