Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

UKM Kreatif Pasuruan Bangkit Lewat Sinergi Digital, Inovasi, dan Kolaborasi

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, tidak semua UKM mampu bertahan menghadapi perubahan pasar, teknologi, dan persaingan global. Di Kabupaten Pasuruan, sekelompok pengusaha muda yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda NU (HIPNU) menghadapi kenyataan serupa: produk mereka menarik, tetapi belum dikenal luas; semangat mereka tinggi, namun strategi pemasaran dan operasional masih lemah.

Menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian dari Universitas Yudharta Pasuruan hadir dengan pendekatan yang menyeluruh dan aplikatif. Program ini bukan sekadar pelatihan singkat, tetapi sebuah pendampingan berbasis kebutuhan nyata UKM di lapangan, yang berfokus pada tiga pilar utama: integrasi rantai pasok (supply chain integration), penguatan kapasitas inovasi (innovation capability), dan adopsi pemasaran digital (digital marketing adoption).

Selama lebih dari dua bulan, puluhan pelaku UKM kreatif dibekali pengetahuan praktis dan didampingi dalam merancang ulang proses bisnis mereka. Mereka diajak untuk memahami bahwa kecepatan distribusi produk bukan hanya soal transportasi, tapi juga soal kolaborasi dengan mitra rantai pasok. Mereka belajar bahwa inovasi tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang baru, tapi juga memperbaiki kemasan, mengubah cara layanan, atau menyesuaikan produk dengan tren pasar. Dan yang terpenting, mereka didorong untuk berani menjelajah dunia digital—dari sekadar membuat akun media sosial, hingga memahami bagaimana SEO dan konten kreatif bisa mengangkat brand lokal ke pasar nasional.

Hasilnya menggembirakan. Beberapa UKM berhasil meningkatkan omzet hingga 20% selama masa program. Sebagian sudah memanfaatkan marketplace untuk menjual produk, dan bahkan beberapa UKM mulai dikenal lewat konten video kreatif di TikTok dan Instagram. Salah satu peserta, produsen kerajinan tangan dari Bangil, mengaku bahwa penjualannya naik drastis setelah ia mulai memasarkan produknya secara daring dan menggandeng reseller dari luar kota.

Program ini membuktikan bahwa UKM lokal bisa naik kelas jika diberi ruang untuk belajar dan berkembang. Namun lebih dari itu, pengabdian ini menjadi bukti nyata bagaimana perguruan tinggi bisa menjadi katalisator perubahan di masyarakat, bukan hanya lewat teori, tetapi melalui aksi nyata yang berdampak.

Ke depan, keberlanjutan program ini menjadi hal penting. Kerja sama antara kampus, komunitas pengusaha, dan pemerintah daerah perlu terus diperkuat. Replikasi program di wilayah lain juga menjadi peluang besar. Sebab di setiap desa, di setiap gang kota kecil, selalu ada potensi yang menunggu untuk ditumbuhkan—asal ada yang mau mendampingi, percaya, dan berjalan bersama mereka.

Oleh: Muhammad Nizar & Muhammad Fahmul Iltiham
Universitas Yudharta Pasuruan