Melestarikan Warisan Budaya dan Spiritualitas: Tradisi PURNAMA Kembali Digelar di Pajimatan Mbah Niti Adiningrat Pasuruan
Pasuruan, 26 Juni 2025 — Dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritualitas warisan leluhur, masyarakat Pasuruan kembali menggelar acara rutin PURNAMA, sebuah kegiatan religi-budaya yang dilaksanakan setiap malam tanggal 15 menurut penanggalan Jawa. Kegiatan ini dipusatkan di Pajimatan Kanjeng Pangeran Surga Surgi Mbah Niti Adiningrat, yang terletak di belakang Masjid Jami' al-Anwar Kota Pasuruan.
Acara diawali dengan pembacaan Maulid Nabi, surat Yasin, tahlil, dan doa bersama di makam tokoh leluhur, kemudian dilanjutkan dengan Bari’an — tradisi kenduri dan doa kolektif yang dilaksanakan di bawah Payung Madinah, pelataran Masjid Jami’.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh tokoh masyarakat dan akademisi, termasuk Wiwin Fachrudin Yusuf, M.A., dari Universitas Yudharta Pasuruan, yang hadir dalam kapasitasnya sebagai Kepala Pusat Religius Pluralistik. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa acara PURNAMA bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga momentum penting dalam memperkuat tali silaturahmi dan revitalisasi budaya lokal.
“Apa yang diwariskan oleh Pangeran Niti Adiningrat merupakan manifestasi nilai-nilai inklusif dalam beragama, keseimbangan antara kultur dan spiritualitas, serta pelestarian tradisi lokal yang terbuka terhadap interaksi budaya. Ini sangat sejalan dengan misi Universitas Yudharta Pasuruan dalam membangun kampus religius, toleran, dan plural,” ujar Wiwin.
Acara PURNAMA juga mengandung pesan bahwa seluruh masyarakat Pasuruan, baik yang tinggal maupun yang berasal dari luar daerah, merupakan bagian dari trah Niti Adiningrat, Mataram, dan Majapahit. Oleh karena itu, menjaga dan menghidupkan kembali budaya ini merupakan tanggung jawab kolektif.
Mbah Niti Adiningrat dan Jejak Sejarahnya
Raden Adipati Niti Adiningrat I, dikenal juga sebagai Mbah Surga-Surgi, adalah bupati ke-9 Kabupaten Pasuruan (1751–1799) dan pendiri dinasti Niti Adiningrat. Sosoknya dikenal bijaksana, religius, dan sangat dekat dengan rakyat. Ia juga berjasa dalam pembangunan Masjid Jami’ al-Anwar, bekerja sama dengan ulama besar Mbah Slagah (Kyai Hasan).
Tradisi PURNAMA yang diwariskan beliau mencerminkan warisan nilai luhur yang menggabungkan spiritualitas, kebersamaan, dan pelestarian budaya. Melalui acara ini, masyarakat diajak untuk uri-uri budaya, yakni menjaga, merawat, dan mengamalkan tradisi lokal sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sebagai inspirasi dalam kehidupan modern.
______________________